Kamis, 19 April 2012

Membentuk Leadership,... Leader Yang Sip

Membentuk “isi”tetap bisa dilakukan dengan mempelajari apa saja yang dilakukan pemimpin-pemimpin besar ataupun pemimpin-pemimpin gagal. Belajar tidak selalu dari orang-orang yang berhasil sebab kegagalan juga bisa memberikan penjelasan yang berharga. Para birokrat juga bisa memperbaiki cara kerja atasan- atasan dan diri masingmasing. Hampir dapat dikatakan buruknya leadership style seorang presiden juga ditentukan oleh buruknya birokrasi di Kantor Sekretariat Kepresidenan.

Cara yang sama yang dilakukan berulang-ulang hanya mencerminkan tidak ada pembaharuan di kalangan birokrasi kepresidenan,dan itu bisa berarti tidak ada transformasi. Pemimpin-pemimpin yang memimpin dengan pendekatan birokratis––tak peduli betapa hebat asal sekolahnya–– juga perlu memperbaiki acuan yang menjadi pedoman protokoler dan cara kerja. Bureaucratic leadership yang lebih dibentuk “by the book” atau “automated by rules” perlu diremajakan setiap periode tertentu.

Tanpa peremajaan, leadership style akan terkesan kuno,lamban,“tua”, dan tidak bersahabat. Sementara itu, para manajer juga perlu memperbaiki leadership style-nya begitu ia dipersiapkan ke posisi yang lebih tinggi. Setiap manajer atau officer, atau komandan sekalipun,umumnya dibentuk dari keseharian di mana ia berada. Setiap tahun ada ratusan polisi yang diwisuda dari Akademi Kepolisian, tapi hanya sedikit di antara mereka yang akan keluar atau pensiun dengan tanda bintang di pundaknya.

Demikian pula setiap tahun ada ribuan sarjana baru yang memulai bekerja,namun hanya sedikit yang akan pernah duduk di bangku CEO.Jelaslah para jenderal dan para sarjana dibentuk bukan hanya oleh pendidikan atau sekolah mereka, melainkan juga oleh siapa yang menjadi rekan kerja, dan atasan mereka masing-masing beserta medan persoalan yang dihadapi. Seorang polisi yang mengalami penempatan pertama di bawah komandan yang jujur dapat diharapkan berkembang menjadi komandan yang berintegritas.

Sebaliknya,mereka yang dibina oleh atasan yang korup dan melakukan tindakan tak terpuji bisa terbentuk menjadi serupa,kecuali bila ia memberontak. Mereka semua dibentuk oleh siapa yang menjadi pengalaman pertama dalam hidup atau karier mereka. Yang jelas, leadership style akan menjadi problematik bila hanya mengandalkan karisma karena charismatic leadership akan lebih berpusat pada diri sendiri.

Daniel Goleman, penulis buku Primal Leadership, lebih memilih visionary leadership, yaitu pemimpin yang mampu melihat jauh ke depan. Namun, itu tidak cukup. Ia mengatakan, “Visionary leaders akan membentuk ke mana kelompoknya pergi.” Meskipun tidak menjelaskan cara-cara teknisnya, ia menciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan inovasi, eksperimen, bahkan mengambil risiko.

Cara yang ditempuh visionary leaders ini jauh lebih baik ketimbang cara-cara yang tengah dibangun oleh para pemimpin yang bergaya transaksional yang cenderung politis. Transactional style leader cenderung membentuk “kepatuhan” dengan cara “menyuap” atau “membayar” mereka. Anda sudah sering mendengar bukan bahwa hal ini banyak terjadi di panggung politik dan kekuasaan. Kepemimpinan transaksional merusak kultur bangsa, menciptakan ketidakbahagiaan dan hanya efektif untuk jangka pendek. Maka pelajarilah effective leadership yang tepat agar Anda menjadi pemimpin sejati dan organisasi Anda maju pesat.●

Sumber : Tulisan Leadership style Oleh Rhenald Kasali di Harian Seputar Indonesia, Apr.19.12