Sebenarnya mana yang lebih baik menjadi karyawan yang memiliki LOYALITAS tinggi atau ber-DEDIKASI tinggi ? Ada yang berpendapat daripada menjadi karyawan dengan LOYALITAS tinggi tapi tidak perform, lebih baik LOYALITAS biasa saja tapi perform....nah !!!
Silahkan simak tulisan berikut, semoga menginspirasi kita bersama .
Menu hari ini:
TIDAK PERLU LOYAL PADA
PERUSAHAAN
BERIKAN SAJA DEDIKASIMU YANG
TERTINGGI
“Sekarang gue mengerti,” kata Jeanice.
Semua orang menatap kearahnya. Sepertinya mereka berharap
Bu Super eh,...emmh... bos... ups... sahabatnya yang baru diangkat menjadi
supervisor itu bisa memberikan penjelasan.
Lalu dengan segenap daya cerna dan kedewasaannya Jeanice
menerangkan apa maksud kalimat itu. Kita memang sering sekali dijejali dengan jargon-jargon
soal loyalitas. Padahal kenyataannya, perlu dipikir ulang; apa iya ada karyawan
yang benar-benar loyal kepada perusahaan? Boss tertinggi pun belum tentu.
Malahan, banyak karyawan kelas atas yang sedemikian gampangnya pindah dari satu
perusahaan ke perusahaan yang lain. Padahal, mereka selama ini selalu
berteriak-teriak soal loyalitas. Kenyataannya, mereka gampang tergiur kok
dengan iming-iming gaji lebih besar atau jabatan yang lebih tinggi di
perusahaan lain. Yang paling sering pindah kerjaan kan para boss kelas atas,
bukan pegawai rendahan kayak kita-kita.
Ada juga orang yang loyaaaaal banget sama perusahaan.
Tapi, itu terjadi karena nggak bisa menemukan perusahaan lain yang lebih baik.
Atau nggak tahu mesti kemana lagi mencari sesuap nasi. Apa itu yang disebut
loyalitas? Jujur deh pada dirimu sendiri. Apa iya ada loyalitas kepada
perusahaan dilubuk hatimu yang paling dalam.
Ada yang lebih parah lagi dari itu. Karyawannya sih loyal
banget sama perusahaan. Tapi dia tidak perform sama sekali. Emangnya perusahaan
butuh karyawan yang loyal tapi nggak perform? Yang ada kan perusahaan kepengen
banget ‘membersihkan’ orang kayak gitu. Banyak juga kan karyawan yang sudah
nggak kepake perusahaan. Tapi mereka loyal banget. Sampai nggak mau mengundurkan
diri.
Kata-kata Natin itu memang agak aneh. Mungkin juga bisa
menimbulkan kontroversi. Natin dengan tegas mengatakan bahwa karyawan itu tidak
perlu loyal kepada perusahaan. Sungguh bertolak belakang dengan pidato,
pengarahan maupun nasihat-nasihat para pemimpin perusahaan. Para motivator pun
banyak yang dengan gigih dan gagah beraninya mengatakan itu di ruang-ruang
seminar.
“Terus, apakah Natin nggak manantang management?” begitu
teman-teman menanyakan.
“Nggak,” jawab Jeanice tegas.
Jeanice bisa memahami maksud Natin yang sebenarnya.
Ternyata, memang yang dibutuhkan oleh perusahaan dari karyawannya bukan
semata-mata soal loyalitas. Kalau pun elo pade mau keluar. Pindah ke perusahaan
lain, bahkan kompetitor sekalipun. Sungguh, perusahaan tidak bisa menghalangi.
Kalau mau keluar, ya keluar saja. Dan tidak ada yang bisa dipersalahkan soal
itu. Hak asasi. Jadi mesti dihargai.
Jadi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan dari
para karyawannya?
Bener sih, idealnya perusahaan mendapatkan karyawan yang
loyal. Tapi apa beneran ada karyawan yang bener-bener loyal. Kalau banyak
manager yang keluar masuk perusahaan, siapa yang jamin karyawan lain nggak
begitu. Kalau level direktur aja pindah-pindah juga terus dimana letak
loyalitasnya. Banyak juga yang kutu loncat, kan? Tapi apakah mereka salah?
Nggak. Sah-sah saja kok. Kan nggak ada yang bisa menghalangi. Apalagi sampai
memberi sanksi.
Apa sebenarnya yang dibutuhkan perusahaan dari para
karyawannya?
Kata Natin DEDIKASI YANG TERTINGGI. Itulah yang lebih dibutuhkan
oleh perusahaan dari para karyawan. Percumeh, elo ngaku loyal tapi kebiasaan
datang ke kantor telat terus. Omong kosong elo bilang loyal tapi kalau
perusahaan bikin keputusan yang kurang menyenangkan elo kemudian mutung. Gak
ada artinya elo ngaku loyal, tapi di jam kerja elo ngerjain urusan lain yang
nggak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Berikan dedikasi elo yang tertinggi pada perusahaan. Maka
elo, nggak bakal menyia-nyiakan amanah yang diberikan perusahaan kepada elo. Kata
Natin, orang berdedikasi tinggi itu bisa diandalkan. Bisa diharapkan kinerja
terbaiknya tanpa mesti diawasi. Itulah yang lebih dibutuhkan oleh perusahaan
jaman sekarang. Kenape? Karena perusahaan tidak bisa lagi hanya mengandalkan
orang-orang yang loyal, kerja belasan atau puluhan tahun tapi cuman bisa jadi
benalu.
Kalau karyawan yang hanya komit kerja satu dua tahun tapi
selama masa kerjanya yang pendek itu sanggup mengerahkan semua dedikasi terbaiknya...
Oh, karyawan seperti itu yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dan kepada karyawan
yang berdedikasi tinggi kayak gitu juga perusahaan mau memberikan imbalan yang
lebih baik. Lihat. Perusahaan yang loyal kepada karyawan. Bukan sebaliknya.
Natin bilang, karyawan nggak mesti loyal kepada
perusahaan. Tapi karyawan wajib, musti bin kudu berdedikasi tinggi. Maka dengan
dedikasi itu dia bisa berprestasi. Karena prestasi itu perusahaan sayang
kepadanya. Terus diberi reward yang memuaskan. Karena reward itu memuaskan,
maka karyawan itu makin betah kerja disana. Makanya dia nggak ada niat pindah
pindah. Ngapain pindah kalau disini kerjaan sudah bagus dan rewardnya juga
bagus? Dari komitmen cuman satu dua tahun, dia berdedikasi sampai sepuluh...
sebelas... bahkan puluhan tahun hingga nggak kerasa mencapai usia pensiun.
Kata Natin. Hanya dengan cara itu loh kita bisa menjalani
hari-hari kerja kita dengan penuh kepuasan. Yaitu kepuasan yang dilahirkan dari
dedikasi tinggi. Yang menghasilkan kinerja tinggi. Menyebabkan imbalan yang
tinggi. Lalu menciptakan ikatan batin yang tinggi antara karyawan dengan
perusahaan.
Jadi. Kata Natin. Nggak penting lagi dengan jargon soal
loyalitas itu. Sekarang, zamannya kita lebih mengedepankan dedikasi. Supaya
kita selalu terdorong untuk bekerja sebaik-baiknya. Dan menghasilkan laba yang
lebih baik buat perusahaan. Supaya perusahaan semakin sayang kepada kita.
Sebab, hanya dengan dedikasi tuch yang macam begitu bisa kita wujudkan. Bukan
dengan jargon loyalitas yang sulit dicari modelnya di dunia nyata.....
“Tapi kan Jean, semua perusahaan ingin karyawannya pada
loyal....” kata Sekris.
“Ingin?” Jeanice seolah mengharapkan penegasan.
“Iya dong Jean, semua perusahaan ingin karyawannya pada
loyal.” Sekris menampakan wajah yang serius.
“Nah kalau begitu,” jawab Jeanice. “Elo mesti belajar
membedakan antara keinginanan dan kebutuhan.....” lanjutnya. “Ingin dan Butuh.
Bedakan.”
“Maksud elo, sebenarnya semua perusahaan lebih
membutuhkan karyawan yang berdedikasi tinggi daripada yang sekedar loyal gitu?”
Fiancy menimpali.
“Pinter.” Jeanice mengacungkan jempolnya.
Semua orang sedang pada manggut-manggut ketika pintu
pantry tiba-tiba terbuka.
“Waaaahhh... kalian ini gimana sih... waktunya kerja
malah bergerombol disini....” kata seseorang yang masuk.
“Kita bukan bergerombol Pak...” sergah Opri. “Kita lagi
briefing sama Bu Super... ehm... sama Jeanice...”
“Halah, mana ada briefing di pantry.” Ketus Pak Mergy.
“Saya sudah kerja puluhan tahun disini. Nggak pernah ada tuch yang namanya briefing
di pantry....”
“Bapak orang yang loyal dong Pak....” kata Opri.
“Ooooo ihiyyya dooong.... saya ini loyal banget sama
perusahaan..... Loyyyal gitu loh.” Pak Mergy menepuk dadanya dengan bangga.
“Loyal sih loyal Pak...” balas Opri. “Kalau nggak punya
dedikasi, mendingan ke laut aje kaleeee.....”
“Weit! Sembarangan. Ya iyya toh!” Pak Mergy langsung
menjawab. “Saya ini orang yang paling berdedikasi diperusahaan ini....”
“Berdedikasi kok sering terlambat masuk kantor toh
Pak....” kali ini ucapan Opri benar-benar menohok.
Wajah Pak Mergy jadi agak merah... “Kalau soal itu sih...
eheh... harap maklumlah.. hehe...” katanya sambil nyengir.
Hooooooh…….
Orang-orang langsung merasa lemas…....
Tiba-tiba
saja semua orang di kubikal menyadari bahwa loyalitas itu merupakan sebuah kata
yang indah untuk diucapkan. Digembar-gemborkan oleh semua
orang di perusahaan. Namun, pada kenyataannya hanya pemilik perusahaan yang
benar-benar loyal. Sedangkan para karyawan? Mau di level apapun. Dari staff
sampai Presiden Direktur sekalipun. Kalau perusahaan itu bukan miliknya
sendiri, belum tentu benar-benar memiliki itu yang namanya loyalitas yang
sebenarnya. Jadi, sekarang. Sudahlah. Berhenti berwacana soal loyalitas.
Karena, kalau ada tawaran yang lebih menarik dari perusahaan lainpun
kemungkinan kita akan pindah kok. Atau... kalau ada hal-hal yang mengecewakan
di perusahaan pun kemungkinan kita akan langsung menyebar CV kepada para head
hunter kok. Cukup soal loyalitas. Finitto. Tamatto. Sekarang, saatnya untuk lebih
banyak mencurahkan dedikasi kepada perusahaan.
Sejak hari itu. Orang-orang dikubikal berkomitmen untuk
memberikan dedikasi yang paling tinggi bagi perusahaan. Karena mereka percaya
jika dengan dedikasi itu, mereka bisa berprestasi tinggi. Dan dengan prestasi
tinggi itu, mereka akan mati-matian dipertahankan oleh perusahaan. Mungkin,
dengan begitu mereka bisa bekerja lama disana. Kalau bisa, sampai masa pensiun
tiba.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Catatan Kaki:
Meminta karyawan untuk memberikan
dedikasi tertingginya kepada perusahaan jauh lebih masuk akal, daripada meminta
mereka menjadi pekerja yang loyal.
Sumber : dikutip dari tulisan Dadang K, 27 Sep 2012
Mantap
BalasHapus